Tahun Baru Imlek sangat erat kaitannya dengan etnis Tionghoa, terlebih yang memeluk keyakinan Konghucu. Perayaan ini menjadi momentum untuk bersyukur dan menggantungkan harap akan tahun yang nantinya bakal dilalui.
Namun, bagaimana dengan mereka yang telah masuk agama Islam? Apakah muslim Tionghoa merayakan Imlek juga?
Kalau detikers ingin tahu jawabannya, langsung lanjut baca artikel ini sampai habis, ya!
Sebagian Muslim Tionghoa di Indonesia merayakan Imlek sebagai kegiatan kebudayaan. Perlu detikers pahami dahulu, artikel ini tidak akan membahas tentang apakah muslim Tionghoa boleh merayakan Imlek, melainkan hanya sebatas menyajikan informasi tentang perayaannya saja.
Jadi, berdasarkan Wijayanti, Hafizzulah, dan Suharjianto (2020) dalam Perayaan Imlek Muslim Tionghoa dalam Perspektif Al-Qur'an dan Muslim Tionghoa di Surakarta, muslim Tionghoa diperkirakan sudah ada di Nusantara sejak pertengahan abad ke-15.
Komunitas muslim Tionghoa pun semakin bertambah saat ini. Sekalipun sudah pindah keyakinan, sebagian etnis Tionghoa di Indonesia yang beragama Islam di Indonesia tetap merayakan Tahun Baru Imlek. Kendati demikian, perayaan mereka sedikit berbeda.
Berdasarkan Tradisi Imlek bagi Warga Muslim Tionghoa di Daerah Surabaya Jawa Timur oleh Istaniyah (2015), etnis Tionghoa mualaf di Indonesia tidak memiliki acara khusus yang berkaitan dengan ritual keagamaan selama perayaan Imlek.
Alih-alih membakar dupa (hio) atau menyediakan sesaji, mereka merayakan Tahun Baru China dengan menggelar acara sederhana, seperti makan bersama dan melakukan silaturahmi.
Ada beberapa alasan yang mendorong mereka ikut merayakan tahun baru tersebut, salah satunya karena Imlek dipandang sebagai budaya China semata yang tidak terikat dengan kepercayaan apa pun, dilansir Wijayanti, Hafizzulah, dan Suharjianto (2020).
Lantas, bagaimana perayaan Imlek yang dilakukan masyarakat muslim Tionghoa di Indonesia?
Perayaan Tahun Baru Imlek oleh Muslim Tionghoa di Sejumlah Daerah Indonesia
1. Muslim Tionghoa Yogyakarta Merayakan Imlek di Masjid
Berdasarkan Syarif (2005) dalam Dari Imlek di Mesjid ke Pengajian Imlek: Penciptaan dan Representasi Tradisi Tionghoa Muslim Yogyakarta di Ruang Publik oleh Maulana (2012), sejumlah muslim keturunan Tionghoa merayakan Imlek di Masjid Syuhada, Yogyakarta, pada 2003 silam.
Perayaan Tahun Baru Imlek tersebut diadakan oleh PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia). Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan tentunya tidak menyerupai ritual keagamaan orang Konghucu.
Mereka melaksanakan salat Isya yang ditambah dengan sujud syukur. Selanjutnya, mereka bersama-sama menyantap hidangan makan malam sebagai bentuk rasa syukur dan keceriaan.
Hal serupa juga dilakukan oleh komunitas Tionghoa di Surabaya. Mereka merayakan Imlek di Masjid Muhammad Cheng Hoo.
2. PITI dan Penyelenggaraan Pengajian Imlek
Masih terkait PITI, organisasi ini hadir dengan kegiatan yang baru. Tahun Baru China mereka sambut dengan mengadakan pengajian.
Berdasarkan Maulana (2012), kegiatan pengajian Imlek telah diadakan oleh PITI sejak tahun 2006. Di samping melakukan salat Isya berjemaah dan sujud syukur, PITI juga mengundang ustaz untuk berceramah.
Bahkan, di tahun 2008, pengurus PITI sengaja membagi-bagikan angpau kepada anak-anak setelah pengajian digelar.
3. Makan Bersama dan Melek Ndalu oleh Ampyang di Lasem, Jawa Tengah
Apakah detikers tahu apa itu Ampyang? Berdasarkan Perayaan Imlek Etnis Tionghoa: Menakar Implikasi Psiko-Sosiologis Perayaan Imlek bagi Komunitas Muslim di Lasem Rembang oleh Hasanah (2014), Ampyang merujuk pada keturunan campuran Jawa-Muslim dan Tionghoa.
Nah, keturunan Jawa-Muslim dan Tionghoa di Lasem juga merayakan Chinese New Year. Hari besar tersebut mereka meriahkan dengan makan besar secara bersama-sama. Sejumlah hidangan yang wajib ada selama acara tersebut adalah kue keranjang dan hidangan ikan.
Selain makan bersama, juga ada perayaan Imlek unik lainnya orang para Ampyang. Itu adalah melek ndalu yang berarti 'tidak tidur'.
Selama tahun baruan, muslim Tionghoa di Lasem sengaja tidak tidur untuk memanjatkan doa keselamatan bagi keluarga dan sanak saudara. Selain itu, mereka juga memiliki kebiasaan "menerangi rumah" sehingga suasana menjadi terang selama Imlek.
Terlepas dari pro maupun kontra terkait peringatan hari besar ini, sebagian muslim Tionghoa di Indonesia ternyata ikut merayakan Imlek. Namun, mereka merayakannya sebatas sebagai kegiatan kebudayaan, bukan ritual keagamaan.