Melestarikan Gasing, Permainan Rakyat Melayu Batam yang Kini Mulai Dilupakan

Tanggal posting : 21 February 2023
Oleh Admin
tips-trick

Permainan gasing tak asing lagi didengar oleh masyarakat Melayu Batam dan wilayah Kepulauan Riau (Kepri). Permainan ini cukup familiar dengan masyarakat Melayu dan diyakini telah lama dimainkan dari zaman dahulu.
Permainan tradisional itu kini seakan perlahan-lahan hilang tergerus zaman dan mulai dilupakan. Padahal permainan gasing pada dahulu kala memiliki musim dan waktu untuk dimainkan.

Gasing di Batam memiliki berbagai nama. Sistem penanaman biasanya, menyesuaikan dengan bentuk dan rupanya. Ada gasing jantung, seperti jantung pisang. Gasing piring, pipih seperti piring. Lalu, ada juga gasing berembeng.

"Gasing sebenarnya tidak ketahui kapan mulai dimainkan. Permainan gasing ini hampir di seluruh Nusantara memainkan itu. Gasing di daerah Melayu ada tiga jenis yang dikenal yakni gasing berembang, gasing jantung dan gasing piring," kata Kabid Kebudayaan Disbudpar Kota Batam, Muhammad Zen, Sabtu (18/2/2023).

Zen menjelaskan dalam pola permainan gasing di daerah Kepri ini dikenal beberapa pola permainan. Uri yakni uji lama berputar, itu biasanya menentukan gasing yang akan diadu atau dipangkah penyambutan dalam bahasa Melayu. Uri sendiri di sebagian wilayah Kepri ada yang di putar di atas alas ada juga yang langsung di atas tanah.

"Jadi pangkah ini setelah melewati uri atau lama berputar maka gasing yang berputar paling lama akan di adu dengan yang paling cepat berputar itu disebut pangkah. Untuk menentukan pemenangnya saat pangkah akan dilihat gasing mana yang lebih lama berputar setelah diadu apakah gasing yang diserang atau menyerang," jelas Zen.

Tiga bagian struktur gasing yang dikenal masyarakat Melayu Batam dan Kepri pada umumnya itu memiliki tiga bagian penting. Bagian pertama yakni kepala gasing yang berada pada bagian atas, bahu gasing dan kaki gasing.

Ketahanan sebuah gasing biasanya berada pada bagian kepala dan kaki gasing. Untuk ukuran gasing yang biasanya dipermainkan itu tidak memiliki aturan tersendiri.

"Untuk permainan rakyat seperti gasing ini tidak memiliki standar ukuran. Itu tergantung pembuat atau pemilik saat mengukir bentuk gasing," ujarnya.

Gasing yang berkualitas bagus itu biasanya menggunakan kayu Stigi dengan nama latin pemphis acidula mempunyai nama lain santigi, santigi atau kayu mattiggi yang dikenal umum oleh masyarakat Melayu Kepri. Pohon kayu itu biasanya tumbuh di atas bebatuan. Bahan pembuatan gasing lainnya yakni dari kayu pohon asam, kualitas kayu asam masih di bawah kayu menttigi.

"Menttigi ini tumbuh di atas batu atau biasa dikenal di Kepri ini tumbuh di atas batu tanjung. Kalau untuk asam ini mudah pecah ketika dipangkah atau diadu. Jadi untuk ketahanan gasing biasanya di tanam di tanah untuk beberapa waktu. Caranya hampir sama seperti orang Minang yakni mengawetkan kayu atau bahan bangunan dengan membenamkannya ke dalam rawa atau kolam dalam kurun waktu tertentu," sebutnya.
Muhammad Zen menyebutkan permainan rakyat masyarakat Melayu di Batam dan Kepri itu kini sudah mulai ditinggalkan. Hampir tidak ditemukan permainan seperti itu di tengah masyarakat saat ini. Permainan gasing itu biasanya punya musim atau periode sendiri untuk dimainkan.
"Untuk melestarikan permainan ini pada kegiatan pra Seni Kenduri Melayu kita buatkan permainan dengan 500 anak SD dari seluruh kecamatan. Itupun bentuknya hanya seperti pertunjukan yakni dengan uji lama berputar atau uri. Itu saja yang bisa kita buat mau main pangkah tidak bisa karena keterbatasan waktu. Tujuan kita untuk memperkenalkan kepada anak," ujarnya.

Kebanggaan dalam permainan gasing menurut Zen adalah saat kita memilih atau mencari sendiri bahannya kemudian mengukir sendiri gasing tersebut. Zen menyebutkan permainan rakyat seperti gasing itu sendiri sebagai ajang bersosialisasi antara anak.

"Biasanya satu orang di zaman dulu bisa punya lebih dari satu gasing. Dan sosialisasi antara anak-anak kecil jadi hidup. Anak-anak bisa saling mengenal dari permainan itu tidak hanya di kampungnya bisa sampai kampung tetangga. Nah kalau sekarang perkembangan seperti itu terhalang gadget sehingga tingkat sosialisasi anak berkurang dan kurang saling mengenal," ujarnya.

Zen mengatakan berbagai upaya melestarikan permainan rakyat seperti gasing terus dilestarikan pihaknya. Salah satunya menampilkan permainan itu di berbagai event kebudayaan yang diselenggarakan di kota Batam.

"Motivasi yang selalu saya sampaikan ke anak-anak bahwa permainan rakyat seperti gasing ini oleh orang luar negeri harus mengeluarkan biaya mahal untuk melihat. Karena mereka harus bersusah payah dari kampung mereka ke sini untuk menyaksikan itu," ujarnya.

Zen juga menyebutkan upaya lain melestarikan permainan gasing yakni dimasukkan dalam salah satu objek Pemajuan Kebudayaan Melayu yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu.

"Dalam Perda ini, ada 12 Objek Pemajuan Kebudayaan Melayu, salah satunya adalah permainan rakyat seperti gasing ini. Kita berharap permainan gasing tetap ada dan dapat memperkuat kebudayaan Melayu agar dikenal oleh masyarakat khususnya generasi muda," ujarnya.

Sumber : https://www.detik.com

(0) yang berkomentar

Silahkan login terlebih dahulu untuk menulis komentar

Berita Lainnya

tips-trik Eco-Enzyme

Baca selengkapnya

tips-trik Covid19
Panduan Pengelolaan Kualitas Udara Dalam Rumah Yang Aman dan Sehat di Masa Pandemi Covid-19

Baca selengkapnya

tips-trik Pola Hidup

Baca selengkapnya

tips-trik Eco-Enzyme

Baca selengkapnya

tips-trik Eco-Enzyme

Baca selengkapnya

tips-trik Eco-Enzyme

Baca selengkapnya

tips-trik Pola Hidup

Baca selengkapnya