Banjir di Kudus dan Pantura, warga: “gagal panen, rusak semua” – BMKG prediksi potensi cuaca ekstrem hingga Februari

Tanggal posting : 09 January 2023
Oleh Admin
tips-trick

Cuaca ekstrem dan air pasang (rob) menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banjir di beberapa wilayah di pantai utara Jawa (Pantura), khususnya di wilayah Jawa Tengah, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, beberapa orang mengatakan banjir masih terjadi dari awal Januari 2023 hingga Kamis (05/01) – di mana banjir menyebabkan puluhan ribu jiwa terdampak dan ribuan hektare lahan gagal panen.

BMKG memprakirakan potensi hujan ringan, berat hingga ekstrem masih mungkin terjadi di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia lainnya hingga Februari mendatang.

 
  •  

Pertemuan massa udara dari wilayah utara Indonesia (Asia) dan massa udara dari Samudra Hindia di atas Pulau Jawa telah membentuk konvergen yang menyebabkan hujan lebat hingga ekstrem beberapa hari lalu.

Fenomena itu ditambah Eks-Siklon Tropis Ellie yang menyebabkan tingginya kecepatan angin dan gelombang di pesisir utara Jawa yang juga memicu banjir rob di wilayah sekitar pantai.

Warga Kudus, gagal panen hingga pakai perahu dari batang pisang

Warga melewati halaman rumah yang tergenang banjir di Dusun Gendok, Jati Wetan, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (05/01)

SUMBER GAMBAR,ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO

Keterangan gambar,

Warga melewati halaman rumah yang tergenang banjir di Dusun Gendok, Jati Wetan, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (05/01)

Banjir masih mengenangi beberapa wilayah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Sulis Nurhadi, 39 tahun, warga Dukuh Karangturi, mengatakan ketinggian banjir di desanya mencapai hingga 1,5 meter – menggenangi pemukiman, persawahan hingga jalan masuk ke desa.

Sulis menceritakan, pada Jumat (30/12), turun hujan deras di desanya. Beberapa hari kemudian, air dari sungai melimpas ke wilayah di tempatnya dia tinggal.

“Dampaknya, sekarang rusak semua karena banjir. Sawah yang mau panen padi, melon, cabai dan sayur-sayuran jadi tidak bisa panen, gagal panen dan rumah tergenang air,” kata Sulis kepada Tini Heru yang melaporkan untuk BBC News Indonesia di Kudus, Kamis (05/01).  

Sulis menambahkan, agar tetap bisa beraktivitas warga di wilayahnya membuat perahu dari bahan sterofom dan juga batang pisang.

"Kami pakai gabus dirakit jadi perahu untuk keluar masuk desa. Ada juga bantuan perahu dari tim BPBD juga sangat membantu untuk aktivitas anak sekolah dan juga warga yang berangkat bekerja di pabrik-pabrik", ungkap bapak dua anak ini.

Warga menggunakan perahu melintasi jalan yang tergenang banjir di Karangturi, Setrokalangan, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (03/01)

SUMBER GAMBAR,ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO

Keterangan gambar,

Warga menggunakan perahu melintasi jalan yang tergenang banjir di Karangturi, Setrokalangan, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (03/01)

Senada, Heru (42 tahun), warga Dukuh Kalangan mengatakan, ketinggian air banjir di desanya mencapai hingga dua meter, dan hingga kini belum surut.

“Kekhawatiran saya sebagai warga itu pada mental anak. Kalau pagi harus berangkat sekolah lihat air seperti ini mereka mentalnya itu tidak berkembang, tidak ada semangat belajar ke sekolah,” kata Heru.

Sementara itu, Muchtar, warga dari Desa Jetis Kapuan mengatakan banjir merendam wilayahnya hingga ketinggian 75 sentimeter, sejak Kamis pekan lalu hingga saat ini, walau tidak sampai masuk ke dalam rumahnya.

“Motor, mobil tidak bisa lewat sampai sekarang. Jadi untuk ke rumah dari posko itu jalan kaki melewati genangan air,” kata Muchtar yang menyebut hingga kini belum mendapatkan bantuan.

Selain itu, Muchtar mengatakan, banjir juga telah merusak alat-alat untuk usaha bidang dekorasinya.

Sulis, Heru, dan Muchtar berharap berharap ke depan pemerintah dapat mengatasi banjir yang kerap kali menghantam wilayah mereka, yaitu melalui penataan sungai dan juga meningkatkan edukasi ke warga untuk membuang sampah pada tempatnya.

Seperempat wilayah Kudus terdampak banjir

Pengungsi korban banjir melakukan shalat di ruang aula Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjung Karang, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (04/01).

SUMBER GAMBAR,ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO

Keterangan gambar,

Pengungsi korban banjir melakukan shalat di ruang aula Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjung Karang, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (04/01).

Kepala Seksi Kedaruratan BPBD kabupaten Kudus, Ahmad Munaji mengatakan, seperempat wilayah Kudus terdampak oleh banjir – terjadi di 25 desa di lima kecamatan.

Munaji menambahkan, banjir juga menyebabkan 48.181 jiwa terdampak di mana 907 orang mengungsi di sembilan titik pengungsian.

Selain itu, kata Munaji, banjir juga telah merendam 7.945 hektare area persawahan.

"Bencana banjir telah menyebabkan korban jiwa. Ada dua orang yang tenggelam saat mencari ikan di area persawahan yang tergenang banjir sedalam 2,5 meter", katanya.

Munaji menjelaskan, desa-desa yang terdampak parah akibat banjir berada di Desa Karangrowo, Desa Payaman dan Desa Setro Kalangan yang hingga kini akses jalan masuk masih tertutup banjir.

Relawan memperbaiki sepeda motor yang mogok akibat menerobos jalan yang tergenang banjir di jalan Desa Tanjung Karang, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (04/01).

SUMBER GAMBAR,ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO

Keterangan gambar,

Relawan memperbaiki sepeda motor yang mogok akibat menerobos jalan yang tergenang banjir di jalan Desa Tanjung Karang, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (04/01).

Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Kudus termasuk salah satu kabupaten yang memiliki potensi risiko banjir sedang hingga tinggi. Sebanyak sembilan kecamatan di Kabupaten Kudus dengan luas 25.819 hektare dan 485.863 jiwa berpotensi terpapar banjir.

Selain Kudus, banjir juga terjadi di Kabupaten Tegal, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Pati, hingga Kabupaten Grobogan.

BNPB, Senin (02/01) telah memberikan bantuan dana siap pakai (DSP) sebesar Rp4,25 miliar kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk penanganan darurat bencana banjir yang melanda wilayahnya.

Mengapa wilayah Kudus masih terendam banjir?

Warga menanak nasi di dapur umum korban banjir, Desa Jati Wetan, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (04/01).

SUMBER GAMBAR,ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO

Keterangan gambar,

Warga menanak nasi di dapur umum korban banjir, Desa Jati Wetan, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (04/01).

Prakirawan dari BMKG Pusat, Sunardi mengatakan banjir yang melanda wilayah utara Jawa Tengah, dan sekitarnya disebabkan oleh pertemuan massa udara dari wilayah utara Indonesia (Asia) dengan massa udara dari Samudra Hindia yang kemudian membentuk konvergen sehingga meningkatkan potensi hujan.

Selain itu, Eks-Siklon Tropis Ellie juga menyebabkan aliran massa udara bergerak cukup kencang di sekitar wilayah Jawa.

“Sehingga meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang di pesisir utara Jawa maupun wilayah selatan,” kata Sunardi.

“Secara tidak langsung bisa menyebabkan banjir rob atau gelombang di sekitar pantai menjadi tinggi juga,” ujarnya dan mengatakan siklon itu sudah relatif melemah dan menjauh dari wilayah Indonesia.

Warga berjalan melintasi Terminal Tipe A Jati yang tergenang banjir di Kudus, Jawa Tengah, Minggu (01/01).

SUMBER GAMBAR,ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO

Keterangan gambar,

Warga berjalan melintasi Terminal Tipe A Jati yang tergenang banjir di Kudus, Jawa Tengah, Minggu (01/01).

Sunardi menambahkan, intensitas hujan di wilayah Pantura beberapa hari lalu tidak terlalu tinggi dan terus akan menurun hingga beberapa hari ke depan, walau masih ada potensi hujan ringan hingga sedang terjadi.

“Lalu mengapa Kudus dan sekitarnya masih banjir? Kemungkinan pengaruh banjir rob. Jadi air yang tertampung saat hujan beberapa hari lalu tidak dapat mengalir ke lautan sehingga masih terjadi banjir di sana,” ujarnya. 

Sunardi menambahkan, berdasarkan model prediksi cuaca BMKG untuk wilayah Jawa Tengah, beberapa hari ke depan  masih ada potensi hujan intensitas ringan hingga lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang, meskipun sementara ini tidak ada potensi curah hujan esktrem.

Sementara itu melihat secara nasional, Sunardi mengatakan, dalam dua hingga tiga hari ke depan, terjadi pergeseran potensi hujan yang cukup tinggi ke wilayah pesisir Barat Sumatra – dari Sumatra Barat hingga Lampung.

“Lalu juga di Sulawesi Selatan terpantau kondisi atmosfirnya berpotensi hujan sangat lebat. Sementara di wilayah Indonesia bagian timur relatif lebih kondusif. Jadi fokusnya di wilayah Indonesia bagian barat maupun bagian tengah,” ujarnya.

Sunardi mengatakan, potensi cuaca, hujan lebat hingga ekstrem dan juga gelombang laut tinggi masih mungkin terjadi di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia lainnya hingga Februari mendatang.

“Imbauannya bulan Januari dan Februari perlu berhati-hati karena potensi hujan dan cuaca ekstrem masih tinggi. Di utara Jawa banjir rob masih terjadi, lalu gelombang laut masih cukup tinggi."

Rekomendasi BMKG: Penataan lingkungan hingga monitor informasi cuaca

Pekerja berjalan dengan latar belakang awan mendung di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (27/12)

SUMBER GAMBAR,ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR

Keterangan gambar,

Pekerja berjalan dengan latar belakang awan mendung di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (27/12)

Di tengah potensi cuaca ekstrem ke depan, BMKG mengeluarkan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan persiapan, yaitu:

  • Memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
  • Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
  • Masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut
  • Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
  • Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi).
  • Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.
  • Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia, melalui : Website BMKG, untuk prakiraan cuaca hingga level kecamatan; Akun media sosial @infobmkg; Call center 196 BMKG; atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Sumber : https://www.bbc.com

(0) yang berkomentar

Silahkan login terlebih dahulu untuk menulis komentar

Berita Lainnya

tips-trik
The Jakarta History Museum (also known as Fatahillah Museum) is housed in the former City Hall located in the old part of the city now known as Jakarta Kota, some hundred meters behind the port and warehouses of Sunda Kelapa.

Baca selengkapnya

tips-trik Eco-Enzyme

Baca selengkapnya

tips-trik
Toko Merah or the Red Shop is one of the oldest buildings and best preserved in present day Old Batavia.

Baca selengkapnya

tips-trik Pola Hidup

Baca selengkapnya

tips-trik
Betung Kerihun National Park is a Wildlife Sanctuary cetrally located on the island of Kalimantan, and is the largest conservation area in the West Kalimantan province in the Heart of Borneo.

Baca selengkapnya

tips-trik Pola Hidup

Baca selengkapnya

tips-trik Eco-Enzyme

Baca selengkapnya