Siapa yang tidak kenal melon? Rasanya yang manis dan segar menjadikan buah yang satu ini memiliki banyak penggemar dari anak-anak hingga orang tua. Sebagai buah, melon bisa dimakan langsung untuk hidangan pencuci mulut atau bisa juga untuk dibuat sebagai makanan/minuman olahan lain seperti rujak, salad buah, jus dan lain-lain. Tak heran jika buah melon banyak peminatnya dan permintaan di pasaran sangat tinggi.
Secara ekonomi, buah yang memiliki nama Latin Cucumis melo L. dan masuk ke dalam suku Cucurbitaceae atau suku labu-labuan ini memiliki nilai yang tinggi. Budidaya tanaman melon punya potensi bisnis yang sangat baik. Apalagi budidaya melon tak sulit-sulit amat. Dengan modal minim dan ketersediaan lahan terbatas, budidaya melon pun bisa dilakukan. Bahkan dengan Hanya bermodal polybag atau pot kita sudah bisa memiliki kebun melon di halaman rumah. Ini sekaligus bisa membuat rumah menjadi lebih hijau dan sangat baik untuk lingkungan tinggal.
Ada banyak varietas melon yang dibudidayakan dan dipasarkan. Salah satu yang kini mulai dilirik oleh konsumen adalah melon oriental Chamoe. Melon yang unik, imut, dan segar.
Chamoe, dikenal juga sebagai melon oriental. Buah melon ini mudah dijumpai di Asia Timur dan masuk 10 besar melon yang disukai di dunia. Melon ini memiliki kulit berwarna kuning muda dengan strip putih yang memanjang. Rasa varietas ini manis. Melon ini juga berair dan saat dikonsumsi sebagai salad atau potongan buah segar rasanya lezat.
Rasa melon oriental ini mirip dengan mentimun dan melon Honeydew. Jika dibandingkan dengan varietas melon lainnya rasa manisnya lebih rendah. Buah ini memiliki kadar air sampai mencapai 90%. Melon ini memang menarik, karena disamping buahnya yang imut salah satunya adalah harganya juga lumayan untuk kelas melon. Harga yang dibandrol sekitar R45.000-55.000 per kg, menjanjikan bagi pembudidaya melon. Apalagi permintaan melon Chamoe di pasar internasional seperti Singapura.
Prospek baik
Dosen hortikultura Instiper Yogyakarta Ryan Firmansyah SP, M.Si menyatakan melon Chamoe memang menjanjikan untuk dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi. “Pasar di luar, seperti Singapura masih menunggu. Prospek ke depan bagus karena permintaan Singapura 15 ton per minggu belum terpenuhi. Di Yogya sendiri masih kurang, seperti di supermarket juga masih terbatas. Begitu juga dengan Semarang Jawa Tengah, masih belum memenuhi kebutuhan untuk ekspor. Jadi peluangnya sangat besar, prospeknya bagus,” katanya beberapa waktu lalu.
Meski mudah, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan saat membudidayakan melon. Ryan menjelaskan, perawatan tanaman melon sebenarnya tidak sulit. Tetapi di musim hujan, karena kelembapan tinggi, ada penyakit yang diakibatkan terutama oleh jamur. “Dan ini yang perlu diperhatikan. Jamur dan kadang ada hama, sebagai vektor membawa virus yang membuat kerdil tanaman, seperti virus mozaik. Tanaman kerdil dan tidak bisa produksi,” katanya.
Untuk mengurangi penularan, tambah Ryan, tanaman yang terserang jamur atau hama harus langsung diambil secara manual.
Serangan hama dan penyakit tanaman melon bisa diminimalisir pada budidaya melon skala greenhouse dibandingkan dengan budidaya di lapangan secara konvensional. Pemeliharaan tanaman melon pun akan lebih mudah dimana penyiraman bisa dilakukan secara otomatis dengan waktu tertentu.
Seperti yang dilakukan Instiper Yogyakarta dengan ISRD (Instiper Smart Greenhouse Development) yaitu salah satu unit kerja yang fokus pada pengelolaan tanaman produktif khususnya komuditas sayur dan buah secara hidroponik. Greenhouse di ISRD menggunakan Device Control System (DCS), yang merupakan alat untuk mengatur budidaya tanaman secara otomatis dengan beberapa sensor yang dipasang untuk mengukur faktor-faktor pertumbuhan tanaman yang terhubung dengan aplikasi android. Tujuannya memantau iklim mikro secara real time. ISRD telah membudidayakan berbagai jenis buah dan komoditas hortikultura lainnya yang memiliki prospek baik di pasaran. Salah satunya adalah buah melon Chamoe, yang sedang naik daun di pasaran
Ryan menjelaskan, Budidaya melon di dalam greenhouse dilakukan dengan teknik hidroponik dengan menggunakan pupuk khusus. Pupuk dilarutkan dalam air yang sekaligus berfungsi untuk mencukupi kebutuhan air tanaman. “Pada dasarnya, perawatannya tidak sulit. Yang penting adalah jika kita menanam harus mau merawat, melakukan perawatan supaya hasilnya bagus,”jelas Ryan.
Mudahnya budidaya melon Chamoe sudah dibuktikan saat panen di greenhouse Instiper. Menurut Ryan, greenhouse Instiper menanam sekitar 120 polibag melon Chamoe. Meski masih tahap penelitian, hasilnya sangat memuaskan. Dalam 1 tanaman melon bisa dihasilkan 6 buah, dengan berat 1 buah kurang lebih 0,5 kg. Jadi satu pohon bisa menghasilkan buah kurang lebih 3 kg. Hitungan secara manual dari 120 tanaman, panen yang dihasilkan sekitar 360 kg. Jika 1 kg melon dibandrol Rp45.000 maka omset yang bisa dihasilkan mencapai Rp16,2 juta sekali panen. Untuk keuntungannya tinggal dikurangi dengan biaya produksi dan juga tenaga.
“Itu hitungan sederhana. Meski ada faktor faktor pengurang lain, tetapi panen yang lalu, modal yang dikeluarkan untuk usaha, sudah kembali dan ada hasil lebih,” kata Ryan.