Tips Menjaga Kesehatan Mental Guru dan Siswa
Tanggal posting : 28 January 2022
Oleh Admin
Tips Menjaga Kesehatan Mental Guru dan Siswa
Penulis: Pristian Alaika
Awal dari tahun 2020 hingga bulan november 2021, dunia dilanda wabah pandemi yaitu COVID-19 hal ini membuat pemerintah Indonesia membatasi aktivitas sosial seperti: pekerjaan, olahraga hingga pendidikan. Pendidikan adalah aktivitas yang dilakukan disatu tempat seperti sekolah ataupun madrasah, namun adanya peraturan pembatasan sosial dengan tujuan tidak tersebarnya covid-19, membuat aktivitas dari belajar dilakukan secara daring (dalam jaringan). Aktivitas belajar yang dilakukan secara daring membuat ketidakefektifan dalam belajar dan makin parahnya membuat anak menjadi stress. Hal ini disampaikan oleh Menteri Nadiem Makarim dalam wawancara di CNBC Media "Infrastruktur dan teknologi juga tidak memadai. Ini jelas PJJ ini sudah terlalu lama dan kita tidak bisa tunggu lagi dan mengorbankan kesehatan dan mental dari murid-murid kita” dalam wawancara tersebut nadiem makarim menjelaskan banyaknya laporan anak mengalami dampak buruk dari kesehatan dan mental, kejadian stress ataupun gangguan kesehatan mental bukan terjadi pada saat kondisi pandemi saja, sebelum pandemi pun siswa mengalami gangguan kesehatan mental Menurut analisis data yang disampaikan Unicef, sebanyak 99 persen anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun di seluruh dunia (2,34 miliar). Kondisi ini harus kita atasi dengan penguatan kembali dari guru bimbingan konseling, salah satu fungsi dari guru bimbingan konseling ialah mengatasi kesehatan mental dari siswa.
Tips Menjaga Kesehatan Mental Guru dan Siswa
1. Self Care dan Self Love
Dalam dunia psikologi, self care sering dikaitkan dengan self love. Deborah Khoshaba Psy.D dalam Psychology Today pada tahun 2012 mengatakan self love adalah suatu bentuk apresiasi terhadap diri sendiri yang bersifat dinamis, yang tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Self care dan self love sangat penting untuk memelihara kesehatan fisik dan juga kesehatan mental.
Contoh kegiatan self care yang dapat Guru lakukan untuk memelihara kesehatan mental dan juga kesehatan fisik antara lain:
a. Menjalani hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang sehat, menjaga kebersihan, tidur cukup, olahraga teratur, dan jika perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
b. Melakukan Me Time. Guru pasti memiliki hobi atau kegiatan yang membuat suasana hati menjadi relax dan Bahagia. Misalnya merawat tanaman, mendengarkan musik, melakukan perawatan di salon dan lain sebagainya.
c. Jauhi lingkungan yang yang membawa pengaruh buruk. Guru hendaknya selalu menjaga pikiran untuk selalu positif. Sayangnya tidak semua orang di sekitar membawa pengaruh yang baik. Untuk itu lebih baik bagi Guru membatasi interaksi dengan toxic people semacam ini.
2. Bersikap Adil dan Disiplin
Secara profesional, Guru memiliki jam kerja tertentu. Bersikap adil dalam pekerjaan maksudnya melakukan pekerjaan secara proporsional dan sebaik-baiknya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tapi ada kalanya dalam pekerjaan ada tugas-tugas tambahan yang diberikan kepada kita dan membutuhkan waktu lebih dalam mengerjakannya. Yang harus Guru ingat adalah harus memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk beristirahat dan melakukan self care dan self love supaya tidak terlalu Lelah secara fisik dn mental.
Supaya dapat bersikap adil, maka sangat penting bagi Guru untuk disiplin. Buatlah jadwal-jadwal kegiatan harian dan patuhi jadwal yang dibuat. Dengan pengaturan waktu yang baik, Guru dapat hidup lebih teratur dan terarah. Hal ini tentu saja sangat baik dalam menjaga kesehatan mental selama masa pandemi dan juga di luar pandemi.
Ketika PJJ di masa pandemi, siswa lebih banyak berada di rumah dan berinteraksi dengan keluarga. Meskipun demikian, Guru memiliki peran dalam menjaga perkembangan mental anak selama belajar dari rumah. Bagaimana caranya?
1. Selalu berkomunikasi dengan orangtua
Orang tua adalah partner Guru dalam melakukan pembelajaran. Dalam usaha menjaga kesehatan mental siswa, Guru harus melakukan komunikasi intens terkait keadaan anak. Apakah anak mengalami kesulitan belajar, bagaimana kebiasaan anak di rumah, dan perubahan-perubahan anak selama PJJ perlu Guru ketahui supaya segera dapat dicarikan solusi.
Selain itu, Guru dapat juga berperan dalam memberikan informasi yang bermanfaat tentang bagaimana menjaga kesehatan, menjaga imunitas melalui kebiasaan hidup sehat yang diterapkan dalam keluarga.
2. Teacher-Student Talk
Dalam masa seperti ini jarak menjadi masalah yang besar. Jarak yang membentang antara Guru dan siswa dapat membuat komunikasi kurang maksimal. Ada kalanya siswa merasa tidak terhubung dengan gurunya atau tidak ada bonding antara guru dan siswa. Hal ini tentu dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada siswa dan juga guru yang dapat mengganggu kesehatan mental siswa.
Guru dapat menjadwalkan untuk melakukan teacher and student talk. Beri waktu siswa bercerita, mengungkapkan kegemaran atau kesulitannya secara informal di luar pembelajaran kelas. Dengan demikian, selain membangun bonding yang kuat, juga dapat membantu memelihara kondisi psikologis siswa dalam menghadapi tantangan di masa pandemi covid 19 ini.
3. Menciptakan sistem pembelajaran yang ramah anak dan bermakna
Pembelajaran yang ramah anak dan bermakna adalah pembelajaran yang berpusat pada anak tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Keluhan yang sering muncul saat PJJ berlangsung adalah rasa bosan dan tumpukan tugas yang sangat banyak. Hal ini dapat memicu meningkatnya stress pada anak.
Oleh karena itu, Guru harus merancang sistem pembelajaran yang menyenangkan untuk mengurangi rasa bosan. Ajak anak berinteraksi, menggerakkan badan, buat kegiatan dan media pembelajaran yang bervariasi, atau melibatkan teknologi yang disukai siswa supaya mereka tetap merasa senang dan bersemangat dalam belajar.
Supaya tugas tidak menumpuk banyak, Guru dapat menyiasati dengan memberi pilihan cara menyelesaikan tugas berdasarkan hobi siswa. Dengan demikian mereka tidak akan merasa terbebani saat mengerjakan tugas. Hal lain yang dapat Guru lakukan untuk membuat tugas tidak menjadi tekanan bagi siswa adalah membuat variasi bentuk tugas. Misalnya menggunakan kuis interaktif, proyek, dan lain sebagainya.
4. Berkonsultasi dengan psikolog jika diperlukan
Saat Guru Pintar melihat gejala-gejala yang sekiranya membutuhkan penangan khusus, segera berkomunikasi dengan orangtua untuk berkonsultasi dengan psikolog. Dengan demikian tidak akan terjadi hal-hal yang mengancam perkembangan mental anak.
Pada masa seperti sekarang ini, menjaga kesehatan fisik saja tidak cukup. Menjaga kesehatan mental dan selalu gembira juga penting untuk membentengi diri dari bahaya corona.
(0) yang berkomentar
Silahkan login terlebih dahulu untuk menulis komentar